Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ahlan Wa Sahlan Bi Hudhlurikum

Rabu, 20 Maret 2013

TARIQAT

 TARIQAT
 
Jika kita ingin mengatakan sesuatu, jangan dulu berkata apapun tentang sesuatu sebelum kita mengetahui sesuatu yang akan kita katakan itu, dengan demikian kita akan terhindar dari kesalah fahaman tentang sesuatu yang akan kita katakan. Demikian juga halnya tentang tariqat, banyak orang berkata tentang tariqat, tapi mereka tidak tahu tentang tariqat, sehingga hal-hal yang mereka sampaikan sekitar tariqat hanya merupakan dugaan belaka, bagai dukun meramal sesuatu (asal ngomong aja) yang kemudian berakibat pada kesalah fahaman semua orang terhadap tariqat yang dalam sejarahnya telah mengukir prestasi terbesar dalam mendakwahkan Islam di seantero jagat di manapun mereka berada. Untuk menghindari kesalah fahaman kita tentang tariqat, berikut ini kami hadirkan sebuah artikel yang mengarah pada pendekatan kita terhadap tariqat.
 
PENGERTIAN TARIQAT 
A. Pengertian Tariqat Menurut Bahasa
Tariqat berasal dari bahasa Arab yaitu thariqah, jamaknya tharaiq artinya dalam bahasa Indonesia adalah:
1. Jalan atau petunjuk jalan atau cara.
2. Metode, system (al-uslub).
3. Mazhab, aliran, haluan (al-mazhab).
4. Keadaan (al-halah).
5. Tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
 
B. Pengertian Tariqat Menurut Istilah
Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M) berkata: “Tariqat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.” Dengan demikian tariqat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru. Pengertian diatas menunjukkan Tariqat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah, Tariqat Qadiriyah, Tariqat Naqsabandiyah, Tariqat Rifa'iyah, Tariqat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tariqat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tariqat termasyhur. Diantaranya yang suka memakai nama tariqat itu ialah Tariqat Sulaiman Gayam di Bogor, Tariqat Khalawatiyah Yusuf di Suawesi Selatan, bisa dikatakan hanya meminjam nama saja untuk kehalalan operasional kelompoknya, namun pada hakikatnya jika kita mau menelitinya, aliran tersebut hanyalah aliran mistik dan bukan tasawuf.
 
MANFAAT TARIQAT
Prof. Dr. Syekh H. Djalaluddin berkata:
“Manfaat tharikat Islam antara lain, ialah untuk mendapatkan Takholli, Tahalli dan Tajalli. Takholli dan Tahalli dan Tajalli adalah tiga butir perkataan itu menjadi bunga bibir ahli Tharikat. Takholli yaitu melepaskan diri dari perangai-perangai yang tercela, yakni membuang sifat kejahatan (mazmumah) yang ada dalam 7 lataif (Latifah) kita. Ibu (pokok) dari segala sifat kejahatan itu ada 17 macam…Kalau ikhlas mengerjakan zikir-zikir sebanyak 17 macam, maka hapuslah (terbuang), lepas segala sifat mazmumah (kejahatan), inilah maksud Takholli. Tahalli maksudnya mengisi jiwa dengan akhlak (perbuatan, kelakuan) sifat-sifat yang terpuji sifat mahmudah. Manakala ke 17 sifat kejahatan (mazmumah) sudah terhapus, insya Allah jiwa kita diisi Allah dengan sifat kebaikan (Mahmudah) sebanyak 17 macam. Dan bukanlah hanya 17 macam saja sifat mazmumah, malahan berpuluh-puluh dan beratus-ratus banyaknya. Nama-nama ke 17 macam sifat kebaikan (mahmudah) itu juga telah saya terangkan dalam Pembelaan Tariqat. Sesudah Takholli telah terbuang dan setelah tahalli sudah tumbuh (hidup) dalam jiwa kita. Insya Allah orang itu akan mendapat Tajalli. Arti Tajalli ialah jelas (nyata) Allah di hadapan hati rohani kita. Dengan kata lain maksud Tajalli ialah terbuka (tersingkap) hijab dari hati kita, maka sampailah ia ke makam kasyaaf. Adapun Takhalli pada permulaan (hidayah), untuk batu loncatan kepada Tahalli (pertengahan). Insya
Allah sampailah ia kepada Tajalli, yang maka Tajalli inilah kesudahan ujung jalan (Musyahadah). Amat susah untuk menyampaikan kita kepada Tajalli, kecuali kalau kita terus menerus mengingat Allah (dawaanuz zikirullah) dan dawaamun nus’yaan, dan dawaamul hudurulqalbi ma’allah.”
 
KEDUDUKAN TARIQAT DALAM 4 TINGKATAN SPIRITUAL
Bagan Empat Tingkatan Spiritual Umum dalam Islam, syari’at, tariqat, hakikat dan ma'rifat. Adapun ma’rifat merupakan inti dari hakikat, sebagai esensi dari kempat tingkatan spiritual tersebut.
 
ALIRAN TARIQAT DEWASA INI
· Al-Thariqah Al-Mu'tabarah Al-Ahadiyyah
· Tarekat Khalwatiyah
· Tarekat Qodiriyah
· Tarekat Naqsyabandiyah
· Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
· Tarekat Syattariyah
· Tarekat Tijaniyah
· Thoriqoh Shiddiqiyyah
· Thoriqoh Idrisiyah
· Thoriqoh Samaniyah
· Thoriqoh Syadziliyah.

Selasa, 19 Maret 2013

Tangan Kanan Rasulullah SAW


Abdullah bin Abu Quhafah, ia pernah dijuluki dengan sebutan Abdul Ka’bah. Lalu keimanannya kepada Islam di awal, kita mengenalnya dengan nama Abu Bakar.

Sepeninggal Rasulullah Saw, kaum Muslimin mengangkatnya sebagai khalifah. Tak mengherankan, karena sebelum Rasulullah Saw wafat pun. Abu Bakar telah menjadi orang kedua setelah beliau.
Bukan tanpa alasan Rasulullah Saw memilih Abu Bakar sebagai orang kedua setelah dirinya, karna beliau pernah mengabarkan tentang keutamaan sahabat sekaligus mertuanya tersebut. “Tak seorangpun yang pernah ku ajak masuk Islam yang tidak tersendat sendat dengan begitu ragu ragu ketika kusampaikan hal ini,” sabda Rasulullah Saw.
Dan ini lah yang memunculkan gelar Ash-Shiddiq dibelakang namanya. Karena Abu Bakar selalu membenarkan Rasulullah Saw tanpa sedikit keraguan. Sehingga dalam menyerukan agama Allah, beliau mampu mengajak kembali beberapa orang yang tercatat kini sebagai generasi pertama Islam (As-Sabiqunal-Awwalun). Tersebut nama nama besar yang mengikuti jejak Abu Bakar adalah, Utsman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam.
Peristiwa wafatnya Rasulullah Saw pada 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah (3 Juni 632 M) menunjukkan kualitas keimanan dirinya, berada di atas sahabat sahabat lain. Sebagaimana dikisahkan bahwa pada saat itu, ia melihat kaum Muslimin dan Umar yang sedang berpidato meyakinkan kaum Muslimin bahwa Rasulullah tidak wafat. Maka, Abu Bakar membacakan ayat yang artinya “Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul rasul. Apabila dia mati atau terbunuh, apakah kamu akan berbalik kebelakang? Barang siapa berbalik ke belakang, sama sekali tak akan merugikan Allah. Tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang orang yang bersyukur”. (QS.3:144)
Disinilah terlihat dengan jelas gambaran seorang Abu Bakar, secara psikologi dan mental beliau mampu mendudukkannya dalam posisi terbaik di dalam dirinya. Karena jikapun, ada di kalangan kaum Muslimin yang merasa sedih. Maka Abu Bakarlah orangnya. Dia lah teman dekat Nabi, dari awal hingga menjadi tangan kanan Rasulullah Saw dalam mengembangkan dan mensyiarkan terus ajaran Islam.
Semangat keagamaan dan tingginya keimanan Aba Bakar, membuat kaum Muslimin menerima dan akhirnya membaiat beliau. Untuk menjadi pengganti Rasulullah. Atau menjadi Khalifah pertama dalam Islam, memimpin kaum Muslimin melanjutkan dakwah Islam dan menyelesaikan pekerjaan lain yang tertunda di masa Rasulullah Saw.
Dan ini lah pidato seorang Abu Bakar “Wahai manusia, sekarang aku telah berada pada kedudukan ini, tetapi bukan berarti  aku orang yang lebih baik dari pada kamu. Jika aku telah berlaku baik dalam kedudukan ku ini, ikutilah aku, tetapi kalau aku berlaku salah, maka luruskanlah, kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada sisiku adalah lemah, sampai aku mengambilkebenaran padanya. Orang yang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sampai aku mengambil kebenaran padanya, Insya Allah. Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi kalau aku melanggar perintah-Nya, tak ada keharusan bagi kalian untuk mentaati aku lagi.”
Kemuliaan dan kerendahan hati seorang Abu Bakar pun makin terlihat, setelah beliau dibaiat. Seseorang memanggilnya dengan sebutan, “Ya Khalifatullah”. Lantas Abu Bakar  langsung menghentikan pembicaraan seraya berujar, “Aku Bukan Khalifah Allah, tapi aku adalah Khalifah Rasulullah.”
Abu Bakar pun menegaskan, bahwa dirinya memang Khalifah Rasulullah. Dirinya menggantikan Rasulullah Saw, dalam  memimpin kaum Muslimin. Serta mengurus segala kepentingan kaum Muslimin dalam batas batas yang sesuai dengan apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT.
Pandangan Abu Bakar tersebut juga tergambar, dalam lanjutan pidato pelantikannya di hadapan kaum Muslimin. “Dalam hal ini saya sudah terpilih, dan saya menerimanya dengan berat hati. Demi Allah, yang saya harapkan sekiranya ada di antara kalian yang dapat menggantikan saya. Sungguh, jika kalian menugaskan saya untuk bekerja seperti yang dikerjakan oleh Rasulullah Saw saya tidak akan sanggup. Karena Rasulullah Saw adalah orang yang diberi kehormatan oleh Allah SWT dengan wahyu. Dan saya seorang manusia biasa, serta bukanlah yang terbaik diantara kamu sekalian. Awasilah saya”.
Sebagaimana gurunya yang mulia, yakni Rasulullah Saw. Maka Abu Bakar pun memiliki sifat kezuhudan yang tinggi dalam hal dunia. Sejak menduduki posisi Khalifahturasulullah ia meninggalkan segala urusan dagangnya agar supaya dapat mengkhususkan diri mengurus kepentingan umat Islam. Sehingga para sahabat ketikan itu menjamin kehidupan Abu Bakar dengan harta baitul mal. Namun saat menjelang wafatnya ia berpesan. “Segala yang ada pada ku dari harta Muslimin (baitulmal) kembalikanlah. Aku sama sekali tidak ingin menggunakan harta ini. Tanahku di tempat anu dan anu berikan untuk kepentingan kaum Muslimin sebagai ganti harta mereka yang kugunakan”.
Pun demikian dengan ketegasan dan ijtihadnya yang baik, Abu Bakar menghadapi orang orang yang tidak menyukai kebijakannya menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Melalui surat wasiat yang ditulis oleh Ustman bin Affan, setelah bermusyawarah dengan sahabat sahabat lain seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’id bin Zaiddan Usaid bin Hudair.
Kepada Talha bin Ubaidillah, Abu Bakar mengatakan, “Untuk urusan Allah kalian mengancam aku! Akan kecewalah orang menyuruh kalian berbuat kezaliman! Aku berkata, Allahumma Ya Allah, untuk memimpin hamba-Mu, aku telah menunjuk seorang hamba-Mu yang terbaik“.
Lalu Abu Bakar menunjukan kata katanya kepada Talha seraya berkata “Sampaikan kepada orang di belakangmu apa yang kukatakan ini kepada mu.”
Kepemimpinan Abu Bakar, berlangsung hingga tahun 13 Hijriah. Atau tepatnya tanggal 21 Jumadil Akhir (22 Agustus 634 M) dalam usia 63 tahun.
Dan Ali bin Abi Thalib pun melukiskan seorang Abu Bakar dalam sebuah pujian duka, “Abu Bakar semoga Allah memberi rahmat kepada mu. Engkaulah orang yang pertama masuk Islam, dengan iman yang begitu murni, keyakinan yang begitu kuat dengan kekayaan terbesar. Engkaulah yang sangat memperhatikan Rasulullah Saw dan sangat perduli terhadap Islam. Besar sekali pengorbanan mu untuk melindungi umat. Engkaulah yang terdekat dari Rasulullah dalam akhlak, kemuliaan, sikap dan pandanganmu terhadap agama. Semoga Allah memberikan balasan baik kepadamu, demi Islam, demi Rasulullah dan demi segenap kaum Muslimim. Engkau telah mengimani Rasulullah tatkala orang masih mendustakannya, engkau begitu dermawan dan bermurah hati dikala orang sangat kikir kepadanya. Engaku yang selalu siap bersamanya, sementara orang bermalas malas. Semoga Allah memberikan sebagian pahalamu kepada kami dan tidak tersesat karena kami jauh darimu”.